Lakon Wahyu Senopati mengisahkan tentang ksatria - ksatria yang mendukung Pandhawa , dalam perang suci Baratha Yudha . Raden Utara & Wratsangka ksatria dari Wiratha ingin membalas budi baik Pandhawa ,yang kala itu membebaskan negari Wiratha dari kekisruhan Rajamala dan Kangsa . Disaat yang tepat ketika Pandhawa pecah perang melawan Kurawa di Tegal Kurusetra , kesempatan ini dimanfaatkan oleh kedua ksatria Wiratha untuk bergabung dengan Pandhawa.
Dengan senang hati para Pandhawa menerima bantuan yang ditawarkan Raden Utara & Wratsangka . Juga bukan semata karena hubungan kekerabatan antara Amartha dan Wiratha , melainkan perang menumpas angkara murka.
Jika hanya menilai dari unsur kekerabatan saja , Pandhawa & Kurawa masih saudara . Namun keadilan dan kebenaran harus ditegak kan .
Meski saudara Kurawa selalu menebar angkara murka , merebut hak Pandhawa dan kawula nya ditindas semena - mena oleh kepemimpinan Duryudhana .
Sebelah kiri Resi Bhisma , kanan Resi Seto
Keteguhan hati yang tinggi dari R. Utara & R. Wratsangka , kedua nya rela berjuang melawan satru murka . Meskipun harus gugur di medan pertempuran , maka gugur sebagai pembela kebenaran.
Dinobatkan lah kedua nya menjadi Senopati perang utusan Pandhawa , maju untuk bertanding melawan pasukan Kurawa.
Sakti , Trengginas krida nya kedua ksatria Wiratha tersebut di medan tempur .
Tak terhitung berapa ratus prajurit Kurawa tewas dibabat nya.
Resi Bhisma dan Begawan Dorna yang maju menandingi sebagai Senopati perang utusan Kurawa .
Sama - sama sakti namun kalah perwira kedua Senopati Kurawa tersebut , saat adu fisik kedua nya babak belur di hajar R. Utara & Wratsangka.
Tak mampu bertanding secara fisik , mundur dan membidik R.Utara & R.Wratsangka dengan anak panah. Resi Bhisma membidik R.Utara dan Begawan Dorna membidik R.Wratsangka.
Kedua ksatria Wiratha gugur terkena panah Cundhamanik milik Begawan Dorna , dan pusaka Resi Bhisma.
Baca juga : Gandhamana Luweng
Kabar tentang gugur nya R.Utara & R.Wratsangka terdengar oleh sang kakak ( Resi Seto ), sang Resi Seto marah mendengar gugur nya kedua adik nya oleh Resi Bhisma & Dorna.
Segeralah beliau berangkat ke medan perang , dibabat nya setiap prajurit Astina yang dijumpai nya , seraya berteriak menantang Bhisma.
Melihat pasukan Astina lari tunggang - langgang menghindari amukan Resi Seto, Bhisma keluar menghadang.
Ayo Bhisma lawan mu sekarang aku ! Bukan anak - anak saja, yang sepadan ! Bentak Resi Seto.
Duel pun tak terhindarkan , Bhisma terlempar tak sadarkan diri terkena Gada Pecat Sukma , senjata Resi Seto.
Bhisma bisa sadar ketika ibu nya Dewi Gangga turun ke bumi menolong dan memberi senjata Kadewatan ( pusaka milik para Dewa / Dewi ).
Dengan senjata panah asal Khayangan , Bhisma membidik Resi Seto .
Sudah jadi kehendak yang Kuasa , Resi Seto terkena panah Kahyangan gugur dalam medan pertempuran.
Namun aneh nya dia meskipun telah gugur jasad nya berdiri tegak seperti Tugu Sinungkerta.
Menurut sesepuh seperti Ki Lurah Semar , ini pertanda Sang Resi Seto semasa hidup nya selalu membela kebenaran . Hati nya teguh ,tidak goyah oleh godaan gemerlap dunia , jalan yang dipilih selalu lurus.
Meski Resi Seto semasa muda nya adalah bangsawan dari Wiratha .
Beliau menjadi contoh yang baik , Gathotkaca pun berguru kepada nya , juga sering memberi wejangan buat ksatria Pandhawa dalam berbagai hal.
Pada akhir nya Resi Bhisma pun gugur terkena panah Srikandi , dan Begawan Dorna gugur oleh panah R. Arjuna.
Akhir kisah Baratha Yudha ,Kurawa tumpes - tapis tak tersisa tewas oleh ksatria - ksatria Pandhawa.
Dengan senang hati para Pandhawa menerima bantuan yang ditawarkan Raden Utara & Wratsangka . Juga bukan semata karena hubungan kekerabatan antara Amartha dan Wiratha , melainkan perang menumpas angkara murka.
Jika hanya menilai dari unsur kekerabatan saja , Pandhawa & Kurawa masih saudara . Namun keadilan dan kebenaran harus ditegak kan .
Meski saudara Kurawa selalu menebar angkara murka , merebut hak Pandhawa dan kawula nya ditindas semena - mena oleh kepemimpinan Duryudhana .
Sebelah kiri Resi Bhisma , kanan Resi Seto
Keteguhan hati yang tinggi dari R. Utara & R. Wratsangka , kedua nya rela berjuang melawan satru murka . Meskipun harus gugur di medan pertempuran , maka gugur sebagai pembela kebenaran.
Dinobatkan lah kedua nya menjadi Senopati perang utusan Pandhawa , maju untuk bertanding melawan pasukan Kurawa.
Sakti , Trengginas krida nya kedua ksatria Wiratha tersebut di medan tempur .
Tak terhitung berapa ratus prajurit Kurawa tewas dibabat nya.
Resi Bhisma dan Begawan Dorna yang maju menandingi sebagai Senopati perang utusan Kurawa .
Sama - sama sakti namun kalah perwira kedua Senopati Kurawa tersebut , saat adu fisik kedua nya babak belur di hajar R. Utara & Wratsangka.
Tak mampu bertanding secara fisik , mundur dan membidik R.Utara & R.Wratsangka dengan anak panah. Resi Bhisma membidik R.Utara dan Begawan Dorna membidik R.Wratsangka.
Kedua ksatria Wiratha gugur terkena panah Cundhamanik milik Begawan Dorna , dan pusaka Resi Bhisma.
Baca juga : Gandhamana Luweng
Kabar tentang gugur nya R.Utara & R.Wratsangka terdengar oleh sang kakak ( Resi Seto ), sang Resi Seto marah mendengar gugur nya kedua adik nya oleh Resi Bhisma & Dorna.
Segeralah beliau berangkat ke medan perang , dibabat nya setiap prajurit Astina yang dijumpai nya , seraya berteriak menantang Bhisma.
Melihat pasukan Astina lari tunggang - langgang menghindari amukan Resi Seto, Bhisma keluar menghadang.
Ayo Bhisma lawan mu sekarang aku ! Bukan anak - anak saja, yang sepadan ! Bentak Resi Seto.
Duel pun tak terhindarkan , Bhisma terlempar tak sadarkan diri terkena Gada Pecat Sukma , senjata Resi Seto.
Bhisma bisa sadar ketika ibu nya Dewi Gangga turun ke bumi menolong dan memberi senjata Kadewatan ( pusaka milik para Dewa / Dewi ).
Dengan senjata panah asal Khayangan , Bhisma membidik Resi Seto .
Sudah jadi kehendak yang Kuasa , Resi Seto terkena panah Kahyangan gugur dalam medan pertempuran.
Namun aneh nya dia meskipun telah gugur jasad nya berdiri tegak seperti Tugu Sinungkerta.
Menurut sesepuh seperti Ki Lurah Semar , ini pertanda Sang Resi Seto semasa hidup nya selalu membela kebenaran . Hati nya teguh ,tidak goyah oleh godaan gemerlap dunia , jalan yang dipilih selalu lurus.
Meski Resi Seto semasa muda nya adalah bangsawan dari Wiratha .
Beliau menjadi contoh yang baik , Gathotkaca pun berguru kepada nya , juga sering memberi wejangan buat ksatria Pandhawa dalam berbagai hal.
Pada akhir nya Resi Bhisma pun gugur terkena panah Srikandi , dan Begawan Dorna gugur oleh panah R. Arjuna.
Akhir kisah Baratha Yudha ,Kurawa tumpes - tapis tak tersisa tewas oleh ksatria - ksatria Pandhawa.
Comments
Post a Comment