Sesaji Rajasuya bagian pertama

Setelah sukses menjadi raja di negari Indraprastha atau Amarta,prabu Punthadewa dapat wangsit dari dewa agar segera melaksanakan ritual sesaji Rajasuya .

 Yang bertujuan menciptakan kedamaian di alam semesta.Adapun syarat utama nya dengan di saksikan 100 raja di seluruh dunia bahwa prabu Punthadewa memang raja agung serta semua raja yang hadir tanpa paksaan suka rela menjadi saksi.


Begitu berat nya syarat yang harus di tempuh, adik nya raden Wrekudara /Bima,Arjuna, dan prabu Kresna sebagai ahli strategi berusaha membantu mencari cara agar terwujud cita-cita luhur Pandhawa. 


Di lain tempat Prabu Jarasandho sedang melaksanakan ritual sesaji kala lodra dengan menaklukkan 100 negara untuk di jadikan jajahan, dan raja-raja nya akan di penggal kepala nya untuk di persembahkan kepada sanghyang lodra. 

Prabu Jarasandho memanggil adik angkat nya Dimbaka,dan Hamsya untuk mengetahui berapa jumlah negara dan raja yang sudah di taklukan.


Dimbaka menjelaskan sudah berhasil menaklukkan 97 negara dan menyandera para raja nya.

Tetapi Dimbaka dan Hamsya menasehati kakak nya Jarasandho agar 3 negara berikut nya bukan lah Amartha, Dwarawati,dan Mandura.Karena 3 negara tersebut terkenal tangguh dan di huni ksatria -ksatria sakti.




Prabu Jarasandho justru kesal mendengar nya,sebab dia beranggapan bahwa dialah yang paling sakti dan ingin membuktikan siapa dewa yang pantas di sembahnya apakah dewa nya Pandhawa atau dewa lodra.

Baca juga : Mengenal istilah sanggit


Maka prabu Jarasandho mengutus Dimbaka dan Hamsya untuk menggempur 3 negara tersebut.

Berangkat lah Dimbaka dan Hamsya sampai juga di kerajaan Mandura, lalu menyampaikan niat dan maksud nya agar prabu Baladewa raja Mandura menyerahkan negara dan diri nya.

Mendengar itu prabu Baladewa yang punya sifat temperamental spontan membentak kedua nya dan menantang perang.

Duel sengit tak terhindari antara Hamsya dan prabu Baladewa. Hamsya ternyata memang sakti dia mengeluarkan aji panglimunan/ halimun bisa menghilang menyelinap di antara kabut atau halimun bahkan awan dan mendung.

Ki lurah Semar menyarankan kepada Petruk untuk memberi tahu prajurit Mandura agar berteriak Hamsya mati dadi banyu (gugur jadi air) bila terkena senjata Nenggala milik prabu Baladewa karena itu cara satu-satu nya agar Hamsya tak bisa hidup lagi.

Memang sebelum nya prabu Baladewa minta tolong kepada Semar yang sejati nya dewa sebab Hamsya selalu hidup lagi setelah terkena Nenggala.

Hamsya yang saat itu menyelinap di gugusan awan menghunus senjata hendak menikam prabu Baladewa.

 Tapi prabu Baladewa juga bukan orang sembarangan dia paham situasi perang,maka ketika melihat keanehan ada gugusan awan yang turun mendekat segera di hantamkan senjata nya.

Hancur Hamsya beserta butiran air, di saat bersamaan para prajurit pun berteriak Hamsya mati dadi banyu.Akhir nya Hamsya pun tewas tak lagi bisa hidup kembali, karena teriakan para prajurit itu membuat tawar ilmu yang di miliki Hamsya.

Baca juga : Mengenal sosok punakawan


Memang lah demikian setiap ilmu hitam ada pantangan nya yang tidak boleh di langgar, sebab sebenarnya tidak ada manusia yang kebal dan punya sukma rangkap. Itu semua hanyalah tipu daya jin yang menyesatkan manusia.

Dimbaka sangat terpukul dengan kematian Hamsya, jika di nekad berjuang sendirian sangat tidak mungkin bisa menang. Dimbaka paham betul kesaktian para ksatria bala tri negari ( Amarta,Dwarawati, dan Mandura).

Baca juga : Teknik sederhana bekam


Untuk pulang ke Giribajra pun percuma, pastilah di bunuh oleh prabu Jarasandho mengingat betapa kejam nya Jarasandho.
Jarasandho sering mengungkit - ungkit kejayaan, harta benda yang di berikan pada nya juga pangkat dan derajat sebagai adik angkat.

Dimbaka otak nya cupet/ sempit tak mampu lagi berfikir jernih, dalam kesedihannya dia melompat ke sungai mengikuti aliran air yang bercampur jasad Hamsya.
Dan akhirnya Dimbaka mati larung( bunuh diri dengan menenggelamkan tubuh nya ke sungai ).

Bersambung bagian yang kedua!

Comments