Banjaran Sengkuni bagian pertama

Sengkuni nama asli nya Harya suman putra raja dari negari Ploso jenar.
Dia lahir di hari yang sama dengan dewi Gendhari dari rahim ibu yang sama.

Oleh karena itu kedua nya selalu bersama,keinginannya juga selalu sama.
Di ibaratkan satu hati dengan dua badan, walau satu pria dan satu wanita.


Harya suman punya kakak bernama Gendhara,kakak tertua pewaris tahta Ploso jenar. Dan punya adik bungsu bernama Gajeksa.

Pada masa itu jauh di negari Mandhura sedang di adakan sayembara pilih, barangsiapa yang memenangkan sayembara itu berhak memboyong putri prabu Basukunthi raja Mandhura yang bernama dewi Kunthi nalibrata.


Kecantikan dewi Kunthi tak hanya termasyur keseluruh negeri bahkan ke negara yang jauh dari Mandhura.

Harya suman mendambakan sekali dewi Kunthi, tapi dia merasa tak mampu bersaing dengan banyaknya ksatria peserta sayembara yang punya segudang kesaktian.


Harya suman merengek - rengek membujuk kakak nya Gendhara untuk mengantarkan sekaligus mewakilinya mengikuti sayembara pilih.


Rasa sayang yang besar Gendhara pada adik nya, membuat dia menuruti keinginan adik nya Harya suman.
Berangkatlah mereka,juga tak ketinggalan dewi Gendhari ikut serta.

Di negari Mandhura, raden Pandhu dewanata ( dewayana ) putra prabu Kresna dipayana atau Abiyasa dari negari Hastina pura ( Ngastina  ) datang terlambat untuk mengikuti sayembara.

Baca juga : Mengenal istilah Sanggit

 Karena telah diumumkan bahwa pemenang sayembara pilih adalah raden Narasoma. Dan sebagai pemenang raden Narasoma sudah dianugerahi prabu Basukunthi hadiah dan berhak memboyong dewi Kunthi nalibrata.


Pandhu sebagai ksatria pun mengakui secara sah Narasoma pemenangnya dan segera mengajak para pengikutnya Semar,Gareng,Petruk,dan Bagong pulang kembali ke Hastina.  Walaupun gagal memenuhi permintaan ayahandanya.

Tetapi raden Narasoma yang punya sifat arogan juga suka di sanjung, terus menerus mengejek dan menghina Pandhu.

Sedangkan Pandhu cukup sabar, tak mau meladeni nya. Akan tetapi para punakawan memprovokasi nya agar memberi pelajaran pada Narasoma.

Ki lurah Semar menasehati : eh den, raden Pandhu ndoro kulo ( saya ) .Raden itu satria tangguh sakti, putra raja agung Hastina,ndoro boleh ikhlas di hina tapi saya yang mengasuh sejak kecil seperti anak sendiri tidak terima momongan saya diperlakukan seperti ini.


Mungkin ayahanda jika sampai tau juga tak terima?
Ingat den, ndoro itu satria andalan Hastina mengingat maaf kakak dan adik ndoro raden Destarata dan raden Widura punya kekurangan ( cacat ).


Paling tidak sebagai satria berbudi luhur raden mengingatkan Narasoma untuk jangan sombong dan angkuh!
Dan itu wajib den,raden Pandhu.

Akhirnya Narasoma yang angkuh menantang Pandhu adu kesaktian, dengan perjanjian siapa yang menang berhak memboyong dewi Kunthi bahkan juga adik kandung Narasoma dewi Madrim.

 Itu semua siasat Narasoma agar Pandhu yang cukup sabar terpancing.
Terjadilah pertempuran sengit dua ksatria di alun-alun Mandhura ( Mandaraka ).

Narasoma mengeluarkan aji Candhra Birawa, ilmu warisan dari mertua nya begawan Bagaspati.

 Padahal semula telah di wasiati resi Bagaspati bahwa aji candhra birawa ilmu yang sakti tidak boleh untuk sembarangan digunakan.


Dirapalnya mantra, seketika keluar dari tubuh Narasoma raksasa cebol yang mengerikan dan ganas menyerang Pandhu.
Sedangkan Pandhu mengeluarkan keris kyai pulhang geni, tetapi setiap ketusuk ataupun kena sabetan senjata raksasa cebol itu dari darahnya yang tercecer juga anggota badannya yang putus berubah jadi bentuk yang sama persis raksasa tersebut.


Maka jumlahnya semakin lama semakin banyak dan Pandhu kebingungan.
Mengetahui hal ini ki lurah Semar menyarankan ndoro nya berdoa minta perlindungan Tuhan.

Setelah berdoa Pandhu ingat cerita ayahnya tentang kelemahan aji candhra birawa, bisa dikalahkan oleh orang yang tak punya ambisi duniawi.

Pandhu segera memusatkan pikiran menutup hawa nafsu,  membuka mata batinnya. Ternyata terbukti raksasa itu semakin berkurang dan akhirnya lenyap masuk kembali ke tubuh Narasoma.

 Pandhu kembali menyerang Narasoma dengan kesaktian nya di hentakan kakinya ke bumi, maka tanah membelah dan Narasoma terperosok ketika berusaha bangkit justru tanah itu menjepit hingga tinggal kepala nya yang tersembul.

Narasoma menyerah kalah, dan memohon Pandhu membebaskan nya dengan janji menyerahkan dewi Kunthi dan dewi Madrim.



Akhirnya Pandhu pulang memboyong dua putri tersebut, di tengah jalan ditepi hutan langkahnya di hadang Gendhara, Harya suman,Gendhari, dan pengawal nya.


Gendhara meminta Pandhu menyerahkan dewi Kunthi padanya, sebagai ganti Pandhu boleh meminta apa saja emas,harta benda,atau bahkan negari Ploso jenar?
Pandhu enggan,menurutnya negari Hastina negara besar yang makmur semua harta benda melimpah juga jajahan nya luas.  Jadi Ploso jenar tak ada artinya.

Gendhara menasehati adik nya Harya suman agar menerima nasibnya:
Hey adik ku Suman,  Pandhu ini satria yang rajin berprihatin menjauhi hal yang dilarang agama, dan melakukan dharma sebagai ksatria.

Pantaslah bila Tuhan mengabulkan doa dan keinginannya.
Sedangkan kamu malas berusaha, untuk memenuhi keinginan mu saja orang lain yang dimanfaatkan?


Harya suman : duh kanda, jika kanda tak mau memenuhi keinginan adik mu ini lebih baik Harya suman mati saja?

Saking sayang nya pada adik Gendhara melakukan segala cara,di minta baik-baik tidak diberikan maka cara paksa pun apa boleh buat?

Bersambung bagian kedua !!




Comments