Gendhara : baiklah Pandu, kami sudah meminta baik-baik dewi Kunthi namun kamu bersikukuh enggan memberikan pada kami? Apa boleh buat, aku rebut paksa!
Terjadilah perang antara guru dan murid,juga sesama raja.
Pandhu mengeluarkan keris kyai pulhang geni senjata andalannya sedangkan Tremboko mengeluarkan keris kyai kala nadhah.
Lengah prabu Tremboko tertancap keris kyai pulhang geni tepat ke jantung nya,seketika jatuh terduduk dan keris nya lepas dari genggaman tangan jatuh di hadapan nya.
Akan tetapi saat nyawa tercabut dari raga nya Tremboko sebelum ambruk menggeram hebat, saking dasyat nya keris kala nadhah yang di depannya terhempas menancap ke paha kiri Pandhu.
Akhirnya kedua nya gugur bersamaan ( sampyuh ).
Destharata sangat terpukul dengan kematian Pandhu, dia sangat marah pada Harya suman .
Hey suman kejadian ini, mulai dari Gandhamana kabur hingga Pandhu gugur semua karena ulah mu! Semua karena ucapan mu, maka hari ini juga nama mu aku ganti jadi Sengkuni = dalam bahasa jawa artinya seko uni-uni.
Rupa mu bagus jadi jelek juga akibat ucapan mu = uni mu.
Tanpa menghormati saudara nya yang bersedih yaitu putra-putra Pandhu = pandhawa lima / Pandhu siwi.
Joko pitono putra tertua dari Destaratha menjadi raja berganti nama Duryudhana dengan patih Sengkuni atau Harya suman.
Bahkan tanpa meminta restu dari para sesepuh yaitu bengawan Abiyasa dari sapta argo dan resi Bisma dari Palkanda.
Sengkuni dan kurawa tak henti-hentinya memusuhi Pandhawa, bahkan sampai para Pandhawa berhasil mendirikan kerajaan sendiri di Amartha / Indraprastha. Tertulis permusuhan Pandhawa dan kurawa dalam banyak lakon seperti : Wiratha parwa,Pandhawa dadu, bale sigala-gala, Pandhawa ngenger,Tirta mahening suci / dewaruci dan lainnya.
Klimaks nya setelah Pandhawa sudah tak kuat lagi melihat angkara murka para kurawa yang di otaki Sengkuni makin merajalela.
Pecah perang baratayudha, perang trah barata antara Pandhawa dan kurawa.
Ada yang menyebut perang suci karena bukan untuk merebut hak nya saja sebagai putra Pandhu atau sesama cucu prabu Abiyasa, tapi untuk menumpas kejahatan walaupun itu saudara sendiri.
Pada akhirnya tinggal Sengkuni dan Duryudhana yang tersisa dari kurawa. Sengkuni akhirnya maju dan berhadapan perang melawan Bima ( Wrekudara ).
Ternyata Sengkuni kebal senjata, di pukul gada rujak polo dan di tancap kuku pancanaka tak mempan.
Bima yang kebingungan di kasih nasehat ki lurah Semar ; den hendak nya kejadian masa lalu di jadikan cermin!
Ingat jaman Kurawa dan Pandhawa berebut cupu isi lenga tala ( minyak yang khasiat nya bisa kebal terhadap senjata ). Waktu itu minyak tumpah dan Sengkuni lah yang berguling -guling mengoleskan nya ketubuh nya,maka senjata apapun tak akan mempan bahkan senjata bikinan dewa sekalipun.
Tapi ada bagian tubuh yang tak terkena minyak, di situlah letak kelemahannya.
Wrekudara / Bima paham yang dimaksud kyai Semar, maju lagi dan Sengkuni diangkat dengan tangan kiri di tancap kuku pancanaka tepat canthoko nya ( lubang pembuangan ) dan mati di kuliti mayat nya tak terurus dimakan serigala.
Menurut prabu Kresna itu sudah kodrat nya, matinya Sengkuni sesuai dengan sifat buruknya selama hidupnya.
Kresna bercerita dulu waktu dia sedang bertapa di bangunkan Sengkuni dengan cara dilempar kulit pisang, sebagai titisan dewa Wisnu dia marah dan mengutuk Sengkuni kelak matinya seperti buah pisang yang terkelupas kulitnya.
Selanjutnya Duryudhana pun maju perang dan gugur,saking emosional nya Bima / Wrekudara, Duryudhana mati dalam keadaan tinggal tulang seperti jerangkong daging nya hancur dipukuli gada oleh Wrekudara.
Semasa hidupnya pernah bersekutu dengan dewa kegelapan Duryudhana sempat berubah jadi raksasa di hadapi langsung Punthadewa yang juga berubah jadi raja jin Indraprastha = Yudhistira, yang kala itu menitis pada Punthadewa agar kesaktian nya digunakan untuk menumpas kejahatan.
Setelah gugur semua tumpes tapis ( habis tanpa sisa ) kurawa. Pandhawa mewariskan Hastina pura pada cucu Arjuna yaitu Parikesit sebagai raja dan patih nya Danurwinda cucu Bima / Wrekudara.
Tamat
Pandhu : lakukan jika kamu mampu Gendhara! Tapi jangan salahkan aku bila ajal mu segera tiba?
Duel kedua ksatria pun tak dapat dihindari lagi, adu pukulan,adu kesaktian, adu ketangkasan memainkan senjata.
Setiap pukulan Gendhara mendarat mengenai Pandhu, seolah tak dirasa oleh Pandhu seperti kebal badan nya.
Padahal Gendhara badan nya lebih besar dan kekar dari Pandhu. Tapi sebaliknya, saat pukulan Pandhu mendarat di dada Gendhara terjungkal lah dia, sesak nafas, terbatuk- batuk tak sadarkan diri.
Gendhara tak mau menyerah begitu saja, dia melanjutkan pertempuran dengan Pandhu.
Dan raden Pandhu mengeluarkan ajian andalan nya,pukulan tangan nya serasa gada. Ambruk Gendhara pukulan keras menghantam kepala nya, darah mengucur deras.
Melihat kakak nya terluka parah Harya suman dan Gendhari mendekat, memapah nya.
Dengan terbata-bata Gendhara meminta Harya suman memanggil Pandhu agar mendekat.
Gendhara : duh raden Pandhu, aku menerima kekalahan ini.
Kamu ksatria tangguh juga putra raja agung, sebelum aku mati ijin kan aku memohon rawat lah adik ku Gendhari.
Ajak lah dia ke Hastina, aku percaya di negeri Hastina adik ku akan terlindungi dan bisa menemukan kebahagiaan.
Pandhu : Baik lah Gendhara, jika kamu percaya pada ku akan kuturuti permintaan mu,tapi bukan harus aku jadikan istri.
Gendhara : iya Pandhu,dan kau Suman ikuti kakak mu Gendhari karena kamu dan Gendhari tidak bisa dipisahkan.
Suruhlah pengawal pulang, menceritakan kejadian ini dan bikinlah wasiat adik mu Gajekso untuk menggantikan ku jadi raja di Ploso jenar.
Sudah cukup adik-adik ku, aku sudah tak kuat lagi.
Baca juga : Banjaran Sengkuni bagian pertama
Gendhara pun gugur ,Pandhu mengajak rombongan melanjutkan perjalanan pulang ke Hastina.
Sesampainya di Hastina kedatangan raden Pandhu di elu- elukan rakyat Hastina yang ikut menghantar rombongan sampai gerbang istana.
Rakyat Hastina ikut bangga dan pasti akan segera di adakan pesta besar merayakan keberhasilan ini,prabu Abiyasa yang terkenal cinta pada rakyatnya pasti akan membagi kebahagiaan pada kawula nya.
Di hadapan ayahandanya Pandhu menyerahkan ketiga putri pada sang prabu.
Pandhu : ayahanda terimalah ketiga putri ini, karena paduka yang mengutus hamba mengikuti sayembara pilih dan ini yang hamba dapatkan.
Prabu Abiyasa : ya Pandhu, kamu memang anak ku yang cerdas juga sangat bijaksana.
Pandhu : ayahanda, ijinkan kakang mas Destaratha memilih ketiga putri ini untuk di jadikan pendamping hidup nya.
Destaratha : duh Pandhu, hatimu sungguh mulia budimu luhur kamu yang bersusah payah bertaruh nyawa tapi justru kakak mu ini yang kamu suruh menikmati hasilnya.
Ayahanda prabu, hamba bersedia memilih dulu satu putri ini tapi hamba menyadari hamba ini punya cacat fisik maka nanti biarlah adik ku Pandhu yang menggantikan ayahanda bertahta di Hastina pura.
Singkat cerita Destaratha memilih dewi Gendhari sebagai istri dan Pandhu menikahi dewi Kunthi nalibrata dan dewi Madrim,sedangkan adiknya raden Widura enggan menikah karena punya cacat juga.
Dan Pandhu dinobatkan menjadi raja menggantikan prabu Abiyasa ( Kresna dwipayana ). Prabu Abiyasa, menjadi pertapa meninggalkan gemerlap duniawi di pertapaan sapta argo.
Prabu Pandhu mengangkat Gandhamana menjadi patih nya. Raden Gandhamana adalah ksatria dari negari Pancala yang mengabdi di Hastina, kepiawaiannya tentang ilmu tata negara yang menjadikan nya di angkat menjadi patih,
Sementara Gendhari dalam hatinya kesal karena terpilih menjadi istri Destaratha yang punya cacat dan tak menjadi raja.
Begitu juga Harya suman yang tak di angkat menjadi patih.
Harya suman, selalu mencari siasat licik agar bisa memperoleh kedudukan yang di incar nya.
Pada suatu ketika patih Gandhamana, raden Widura, dan Harya suman di utus mengunjungi murid prabu Pandhu yaitu prabu Tremboko di negeri Pringgodani.
Prabu Pandhu mendengar kabar bahwa negeri Pringgodani sedang dilanda banyak wabah penyakit yang menimpa rakyat nya.
Maka di utus nya ketiga nya melawat ke Pringgodani.
Setelah bertemu dan membantu membahas banyak masalah yang harus diselesaikan, ketiga ksatria itu pamit pulang kembali.
Prabu Tremboko menitipkan surat untuk disampaikan kepada prabu Pandhu yang isi nya terima kasih telah banyak dibantu.
Namun di tengah perjalanan diam-diam Harya suman membuat surat balasan yang isi nya menghina,dan mencaci maki negari Pringgodani dan prabu Tremboko. Seolah -olah itu asli surat balasan dari prabu Pandhu.
Di utusnya pengawal untuk kembali ke Pringgodani menyerahkan surat itu tanpa sepengetahuan raden Widura dan patih Gandhamana.
Setelah membaca surat palsu dari Harya suman prabu Tremboko marah besar, dan memerintahkan seluruh prajurit nya menggempur Hastina pura.
Negari Pringgodani adalah negara bangsa raksasa, semua rakyat dan raja nya adalah para raksasa.
Cepat langkah para prajurit raksasa melangkah menuju Hastina, hingga ketiga utusan Hastina yang tadinya bertamu ke Pringgodani terkejar.
Di serang nya ketiga ksatria Hastina tersebut. Harya suman dan raden Widura lari karena tak punya kemampuan perang.
Sedangkan patih Gandhamana terheran -heran dengan apa yang terjadi.
Sambil terus melawan gempuran Gandhamana berusaha mencari tau apa yang sebenarnya terjadi?
Semakin lama semakin banyak para raksasa mengeroyok Gandhamana, hingga Gandhamana babak-belur dan kewalahan.
Gandhamana lari menyelamatkan diri dan bertemu dengan raden Widura dan Harya suman yang bersembunyi di pinggir sumur upas ( sumur berbisa ) .
Di mana tak ada seorang pun yang bisa selamat jika tercebur ke sumur itu.
Gandhamana yang terluka dan kepayahan di dorong Harya suman agar tercebur ke sumur upas.
Harya suman nampak puas siasat busuk nya berjalan mulus,patih Gandhamana terpeleset dan masuk ke dalam sumur upas.
Mengira patih Gandhamana tewas Harya suman dan raden Widura melanjutkan perjalanan.
Akan tetapi Gandhamana bernasib mujur, tubuh nya tersangkut akar dan diselamatkan begawan Landak seto yang bertapa di rongga dinding sumur upas.
Gandhamana berhasil lolos dari maut, dan mengejar Harya suman. Setelah ketemu amarahnya dilampiaskan,Harya suman di hajar tanpa ampun, kaki,tangan nya cacat dan muka nya hancur jadi jelek rupa.
Barulah puas Gandhamana,dan pulang ke Hastina.
Di keraton Hastina, prabu Pandhu menanyakan apa yang terjadi. Beruntung raden Widura menceritakan yang sesungguhnya dari awal sampai akhir.
Tapi rupanya prabu Pandhu marah besar pada Arya gandhamana, menurut nya Gandhamana telah melangkahi wewenang raja menjatuhi hukuman pada Harya suman.
Jika aku yang memberi hukuman pada Suman mungkin akan lebih besar hukumannya, ungkap prabu Pandhu.
Tapi kamu Gandhamana juga harus dihukum ,mulai hari ini jabatan patih aku cabut dan terserah kamu mau tetap mengabdi di Hastina sebagai rakyat biasa atau tidak? Sabda sang Pandhu dewayana.
Gandhamana : terimakasih sang prabu, selama ini hamba sudah banyak mengabdi di Hastina sebagai patih.
Dan hamba menerima hukuman ini, minta maaf atas segala kesalahan yang pernah hamba lakukan.
Akan tetapi hamba puas walau kehilangan jabatan, orang seperti Suman pantas di rusak badan nya. Dan mulai hari ini ,saat ini hamba mohon pamit sudah tidak akan mengabdi lagi di Hastina pura melainkan akan pulang ke Panchala.
Cuma pesan hamba, mau jadi apa setelah ini negari Hastina, jika tetap ada orang yang berperilaku seperti Suman dan hamba tinggalkan?
Sepeninggal Gandhamana,geger kerajaan datang pasukan raksasa dari Pringgodani mengamuk, merusak apa saja yang ditemui.
Prabu Pandhu menghadang prabu Tremboko.
Pandhu : Tremboko antara kita sudah tidak ada hubungan antara guru dan murid lagi,bagaimana pun kamu raksasa tidak bisa mensikapi apa yang terjadi mengedepankan emosi mu merusak Hastina negeri milik guru mu sendiri.
Tremboko : prabu Pandhu maafkan murid mu yang bodoh ini.
Pandhu ; sudahlah Tremboko, hari ini kita bertarung sebagai musuh jangan lagi kau anggap aku guru mu. Kalau aku yang mati berarti murid yang menghantarkan guru ke syurga. Jika kamu yang mati adalah sebaliknya?
Padahal Gendhara badan nya lebih besar dan kekar dari Pandhu. Tapi sebaliknya, saat pukulan Pandhu mendarat di dada Gendhara terjungkal lah dia, sesak nafas, terbatuk- batuk tak sadarkan diri.
Gendhara tak mau menyerah begitu saja, dia melanjutkan pertempuran dengan Pandhu.
Dan raden Pandhu mengeluarkan ajian andalan nya,pukulan tangan nya serasa gada. Ambruk Gendhara pukulan keras menghantam kepala nya, darah mengucur deras.
Melihat kakak nya terluka parah Harya suman dan Gendhari mendekat, memapah nya.
Dengan terbata-bata Gendhara meminta Harya suman memanggil Pandhu agar mendekat.
Gendhara : duh raden Pandhu, aku menerima kekalahan ini.
Kamu ksatria tangguh juga putra raja agung, sebelum aku mati ijin kan aku memohon rawat lah adik ku Gendhari.
Ajak lah dia ke Hastina, aku percaya di negeri Hastina adik ku akan terlindungi dan bisa menemukan kebahagiaan.
Pandhu : Baik lah Gendhara, jika kamu percaya pada ku akan kuturuti permintaan mu,tapi bukan harus aku jadikan istri.
Gendhara : iya Pandhu,dan kau Suman ikuti kakak mu Gendhari karena kamu dan Gendhari tidak bisa dipisahkan.
Suruhlah pengawal pulang, menceritakan kejadian ini dan bikinlah wasiat adik mu Gajekso untuk menggantikan ku jadi raja di Ploso jenar.
Sudah cukup adik-adik ku, aku sudah tak kuat lagi.
Baca juga : Banjaran Sengkuni bagian pertama
Gendhara pun gugur ,Pandhu mengajak rombongan melanjutkan perjalanan pulang ke Hastina.
Sesampainya di Hastina kedatangan raden Pandhu di elu- elukan rakyat Hastina yang ikut menghantar rombongan sampai gerbang istana.
Rakyat Hastina ikut bangga dan pasti akan segera di adakan pesta besar merayakan keberhasilan ini,prabu Abiyasa yang terkenal cinta pada rakyatnya pasti akan membagi kebahagiaan pada kawula nya.
Di hadapan ayahandanya Pandhu menyerahkan ketiga putri pada sang prabu.
Pandhu : ayahanda terimalah ketiga putri ini, karena paduka yang mengutus hamba mengikuti sayembara pilih dan ini yang hamba dapatkan.
Prabu Abiyasa : ya Pandhu, kamu memang anak ku yang cerdas juga sangat bijaksana.
Pandhu : ayahanda, ijinkan kakang mas Destaratha memilih ketiga putri ini untuk di jadikan pendamping hidup nya.
Destaratha : duh Pandhu, hatimu sungguh mulia budimu luhur kamu yang bersusah payah bertaruh nyawa tapi justru kakak mu ini yang kamu suruh menikmati hasilnya.
Ayahanda prabu, hamba bersedia memilih dulu satu putri ini tapi hamba menyadari hamba ini punya cacat fisik maka nanti biarlah adik ku Pandhu yang menggantikan ayahanda bertahta di Hastina pura.
Singkat cerita Destaratha memilih dewi Gendhari sebagai istri dan Pandhu menikahi dewi Kunthi nalibrata dan dewi Madrim,sedangkan adiknya raden Widura enggan menikah karena punya cacat juga.
Dan Pandhu dinobatkan menjadi raja menggantikan prabu Abiyasa ( Kresna dwipayana ). Prabu Abiyasa, menjadi pertapa meninggalkan gemerlap duniawi di pertapaan sapta argo.
Prabu Pandhu mengangkat Gandhamana menjadi patih nya. Raden Gandhamana adalah ksatria dari negari Pancala yang mengabdi di Hastina, kepiawaiannya tentang ilmu tata negara yang menjadikan nya di angkat menjadi patih,
Sementara Gendhari dalam hatinya kesal karena terpilih menjadi istri Destaratha yang punya cacat dan tak menjadi raja.
Begitu juga Harya suman yang tak di angkat menjadi patih.
Harya suman, selalu mencari siasat licik agar bisa memperoleh kedudukan yang di incar nya.
Pada suatu ketika patih Gandhamana, raden Widura, dan Harya suman di utus mengunjungi murid prabu Pandhu yaitu prabu Tremboko di negeri Pringgodani.
Prabu Pandhu mendengar kabar bahwa negeri Pringgodani sedang dilanda banyak wabah penyakit yang menimpa rakyat nya.
Maka di utus nya ketiga nya melawat ke Pringgodani.
Setelah bertemu dan membantu membahas banyak masalah yang harus diselesaikan, ketiga ksatria itu pamit pulang kembali.
Prabu Tremboko menitipkan surat untuk disampaikan kepada prabu Pandhu yang isi nya terima kasih telah banyak dibantu.
Namun di tengah perjalanan diam-diam Harya suman membuat surat balasan yang isi nya menghina,dan mencaci maki negari Pringgodani dan prabu Tremboko. Seolah -olah itu asli surat balasan dari prabu Pandhu.
Di utusnya pengawal untuk kembali ke Pringgodani menyerahkan surat itu tanpa sepengetahuan raden Widura dan patih Gandhamana.
Setelah membaca surat palsu dari Harya suman prabu Tremboko marah besar, dan memerintahkan seluruh prajurit nya menggempur Hastina pura.
Negari Pringgodani adalah negara bangsa raksasa, semua rakyat dan raja nya adalah para raksasa.
Cepat langkah para prajurit raksasa melangkah menuju Hastina, hingga ketiga utusan Hastina yang tadinya bertamu ke Pringgodani terkejar.
Di serang nya ketiga ksatria Hastina tersebut. Harya suman dan raden Widura lari karena tak punya kemampuan perang.
Sedangkan patih Gandhamana terheran -heran dengan apa yang terjadi.
Sambil terus melawan gempuran Gandhamana berusaha mencari tau apa yang sebenarnya terjadi?
Semakin lama semakin banyak para raksasa mengeroyok Gandhamana, hingga Gandhamana babak-belur dan kewalahan.
Gandhamana lari menyelamatkan diri dan bertemu dengan raden Widura dan Harya suman yang bersembunyi di pinggir sumur upas ( sumur berbisa ) .
Di mana tak ada seorang pun yang bisa selamat jika tercebur ke sumur itu.
Gandhamana yang terluka dan kepayahan di dorong Harya suman agar tercebur ke sumur upas.
Harya suman nampak puas siasat busuk nya berjalan mulus,patih Gandhamana terpeleset dan masuk ke dalam sumur upas.
Mengira patih Gandhamana tewas Harya suman dan raden Widura melanjutkan perjalanan.
Akan tetapi Gandhamana bernasib mujur, tubuh nya tersangkut akar dan diselamatkan begawan Landak seto yang bertapa di rongga dinding sumur upas.
Gandhamana berhasil lolos dari maut, dan mengejar Harya suman. Setelah ketemu amarahnya dilampiaskan,Harya suman di hajar tanpa ampun, kaki,tangan nya cacat dan muka nya hancur jadi jelek rupa.
Barulah puas Gandhamana,dan pulang ke Hastina.
Di keraton Hastina, prabu Pandhu menanyakan apa yang terjadi. Beruntung raden Widura menceritakan yang sesungguhnya dari awal sampai akhir.
Tapi rupanya prabu Pandhu marah besar pada Arya gandhamana, menurut nya Gandhamana telah melangkahi wewenang raja menjatuhi hukuman pada Harya suman.
Jika aku yang memberi hukuman pada Suman mungkin akan lebih besar hukumannya, ungkap prabu Pandhu.
Tapi kamu Gandhamana juga harus dihukum ,mulai hari ini jabatan patih aku cabut dan terserah kamu mau tetap mengabdi di Hastina sebagai rakyat biasa atau tidak? Sabda sang Pandhu dewayana.
Gandhamana : terimakasih sang prabu, selama ini hamba sudah banyak mengabdi di Hastina sebagai patih.
Dan hamba menerima hukuman ini, minta maaf atas segala kesalahan yang pernah hamba lakukan.
Akan tetapi hamba puas walau kehilangan jabatan, orang seperti Suman pantas di rusak badan nya. Dan mulai hari ini ,saat ini hamba mohon pamit sudah tidak akan mengabdi lagi di Hastina pura melainkan akan pulang ke Panchala.
Cuma pesan hamba, mau jadi apa setelah ini negari Hastina, jika tetap ada orang yang berperilaku seperti Suman dan hamba tinggalkan?
Sepeninggal Gandhamana,geger kerajaan datang pasukan raksasa dari Pringgodani mengamuk, merusak apa saja yang ditemui.
Prabu Pandhu menghadang prabu Tremboko.
Pandhu : Tremboko antara kita sudah tidak ada hubungan antara guru dan murid lagi,bagaimana pun kamu raksasa tidak bisa mensikapi apa yang terjadi mengedepankan emosi mu merusak Hastina negeri milik guru mu sendiri.
Tremboko : prabu Pandhu maafkan murid mu yang bodoh ini.
Pandhu ; sudahlah Tremboko, hari ini kita bertarung sebagai musuh jangan lagi kau anggap aku guru mu. Kalau aku yang mati berarti murid yang menghantarkan guru ke syurga. Jika kamu yang mati adalah sebaliknya?
Terjadilah perang antara guru dan murid,juga sesama raja.
Pandhu mengeluarkan keris kyai pulhang geni senjata andalannya sedangkan Tremboko mengeluarkan keris kyai kala nadhah.
Lengah prabu Tremboko tertancap keris kyai pulhang geni tepat ke jantung nya,seketika jatuh terduduk dan keris nya lepas dari genggaman tangan jatuh di hadapan nya.
Akan tetapi saat nyawa tercabut dari raga nya Tremboko sebelum ambruk menggeram hebat, saking dasyat nya keris kala nadhah yang di depannya terhempas menancap ke paha kiri Pandhu.
Akhirnya kedua nya gugur bersamaan ( sampyuh ).
Destharata sangat terpukul dengan kematian Pandhu, dia sangat marah pada Harya suman .
Hey suman kejadian ini, mulai dari Gandhamana kabur hingga Pandhu gugur semua karena ulah mu! Semua karena ucapan mu, maka hari ini juga nama mu aku ganti jadi Sengkuni = dalam bahasa jawa artinya seko uni-uni.
Rupa mu bagus jadi jelek juga akibat ucapan mu = uni mu.
Tanpa menghormati saudara nya yang bersedih yaitu putra-putra Pandhu = pandhawa lima / Pandhu siwi.
Joko pitono putra tertua dari Destaratha menjadi raja berganti nama Duryudhana dengan patih Sengkuni atau Harya suman.
Bahkan tanpa meminta restu dari para sesepuh yaitu bengawan Abiyasa dari sapta argo dan resi Bisma dari Palkanda.
Sengkuni dan kurawa tak henti-hentinya memusuhi Pandhawa, bahkan sampai para Pandhawa berhasil mendirikan kerajaan sendiri di Amartha / Indraprastha. Tertulis permusuhan Pandhawa dan kurawa dalam banyak lakon seperti : Wiratha parwa,Pandhawa dadu, bale sigala-gala, Pandhawa ngenger,Tirta mahening suci / dewaruci dan lainnya.
Klimaks nya setelah Pandhawa sudah tak kuat lagi melihat angkara murka para kurawa yang di otaki Sengkuni makin merajalela.
Pecah perang baratayudha, perang trah barata antara Pandhawa dan kurawa.
Ada yang menyebut perang suci karena bukan untuk merebut hak nya saja sebagai putra Pandhu atau sesama cucu prabu Abiyasa, tapi untuk menumpas kejahatan walaupun itu saudara sendiri.
Pada akhirnya tinggal Sengkuni dan Duryudhana yang tersisa dari kurawa. Sengkuni akhirnya maju dan berhadapan perang melawan Bima ( Wrekudara ).
Ternyata Sengkuni kebal senjata, di pukul gada rujak polo dan di tancap kuku pancanaka tak mempan.
Bima yang kebingungan di kasih nasehat ki lurah Semar ; den hendak nya kejadian masa lalu di jadikan cermin!
Ingat jaman Kurawa dan Pandhawa berebut cupu isi lenga tala ( minyak yang khasiat nya bisa kebal terhadap senjata ). Waktu itu minyak tumpah dan Sengkuni lah yang berguling -guling mengoleskan nya ketubuh nya,maka senjata apapun tak akan mempan bahkan senjata bikinan dewa sekalipun.
Tapi ada bagian tubuh yang tak terkena minyak, di situlah letak kelemahannya.
Wrekudara / Bima paham yang dimaksud kyai Semar, maju lagi dan Sengkuni diangkat dengan tangan kiri di tancap kuku pancanaka tepat canthoko nya ( lubang pembuangan ) dan mati di kuliti mayat nya tak terurus dimakan serigala.
Menurut prabu Kresna itu sudah kodrat nya, matinya Sengkuni sesuai dengan sifat buruknya selama hidupnya.
Kresna bercerita dulu waktu dia sedang bertapa di bangunkan Sengkuni dengan cara dilempar kulit pisang, sebagai titisan dewa Wisnu dia marah dan mengutuk Sengkuni kelak matinya seperti buah pisang yang terkelupas kulitnya.
Selanjutnya Duryudhana pun maju perang dan gugur,saking emosional nya Bima / Wrekudara, Duryudhana mati dalam keadaan tinggal tulang seperti jerangkong daging nya hancur dipukuli gada oleh Wrekudara.
Semasa hidupnya pernah bersekutu dengan dewa kegelapan Duryudhana sempat berubah jadi raksasa di hadapi langsung Punthadewa yang juga berubah jadi raja jin Indraprastha = Yudhistira, yang kala itu menitis pada Punthadewa agar kesaktian nya digunakan untuk menumpas kejahatan.
Setelah gugur semua tumpes tapis ( habis tanpa sisa ) kurawa. Pandhawa mewariskan Hastina pura pada cucu Arjuna yaitu Parikesit sebagai raja dan patih nya Danurwinda cucu Bima / Wrekudara.
Tamat
Comments
Post a Comment