Antasena dadi ratu

Tokoh Antasena pertama di muncul kan dalam wayang kulit gagrak Ngayogyakarta, karena penokohan nya yang di kemas oleh para dalang waktu itu sangat bagus akhirnya gagrak Surakarta dan Banyumas pun menghadirkan tokoh Antasena. 


Lakon Antasena dadi ratu juga termasuk lakon carangan, tetapi dalam semua lakon yang di panggung kan selalu mengandung tuntunan bukan hanya sekedar tontonan atau hiburan. 

Sinopsis nya tentang: ketidak sabaran dan proses menyelesaikan dengan cara nya sendiri bermetamorfosis dengan kasih 
sayang seorang kakek pada cucu nya.





Walau Antasena anak ragil dari Bima / wrekudara tapi sejak masih bayi sampai dewasa hanya di asuh oleh ibu nya dan kakek nya eyang Baruna.

Eyang Baruna sangat paham tentang bisa atau tidak perilaku di lakukan oleh titah / manusia. 
Namun karena besar nya rasa sayang kepada sang cucu. sampai membutakan mata hatinya. 

Dituruti kemauan sang cucu sambil berpikir mencari akar benar atau salah keputusan yang di ambil.

Akibat nya keputusan nya yang di ambil menimbulkan efek domino, keruwetan datang pada saat yang belum seharusnya terjadi.

Baca juga : Prabu Drupada

Anak muda memang kadang kebat kliwat (terlalu cepat) mengambil sikap benar dan salah itu tak penting. Yang ada adalah keputusan yang emosional sepihak. 

Tokoh Antasena memang di gambar kan memiliki karakter yang baik dan selalu membela kebenaran sebagaimana konsep ksatria jawa. 

Tapi memang di gambar kan pula kekurangan nya karena memang tak ada manusia yang sempurna. Antasena tidak bisa berbahasa halus, semua orang di anggap sejajar. Sedangkan pada umumnya untuk berbicara dengan yang lebih tua hendak nya dengan tutur kata yang halus. Bukan lah sama dengan bertutur kata pada teman sebaya nya dan juga yang lebih muda usia nya.



Kesaktian nya yang luar biasa di usia muda membuat sifat arogan nya dominan. Antasena sering memberi pelajaran pada pihak-pihak yang tak sesuai aturan bahkan dewa sekalipun di datangi dan di lawan. Diapun selalu bersikap suka bercanda dan tak pernah serius menghadapi sesuatu.

Inilah penyebab utama bahwa sebenarnya belum pantas menjadi Raja/Ratu di Giri Kedhasar, karena seorang Raja tidak cukup hanya mengandalkan kesaktian dan budi pekerti yang baik. Tapi juga harus bisa serius menghadapi permasalahan agar bisa cepat terpecahkan.


Sebagai Raja harus bisa mengayomi rakyat nya yang berbeda -beda latar belakang serta aspek kehidupan nya.
Jadi di butuhkan sikap yang tepat untuk mengambil keputusan, bila satu di bela efek luas nya bagaimana apa malah merugikan banyak orang atau tidak.


Eyang Baruna memang membela kepentingan cucu nya tapi dalam mewariskan kesaktian nya dan membuat raja kurang tepat, karena cucu nya belum cukup dewasa untuk bisa bersikap bijak.

https://kuswanto.khalif.blogspot.com


Comments