Lakon Rama tambak

Kecantikan Dewi Shinta, permaisuri Rama Wijaya raja Pancawati / Ayodya sangat tersohor. Hingga raja Alengka Dasamuka atau Rahwana kepincut untuk memiliki nya. Rahwana meyakini Dewi Shinta adalah titisan Dewi Widhowati, dimana Rahwana pernah gagal mendapatkan nya dan bersumpah akan memperistri titisan Dewi tersebut.


Kegagalan Rahwana tertuang dalam lakon Dasamuka ngrabasa kahyangan, yang sang dewi memilih bunuh diri.



Rahwana pun menculik Shinta demi memenuhi hasratnya. Namun dipergoki Jathayu ( burung Garuda  ) kesayangan Rama Wijaya. Rahwana yang terbang membawa Shinta terus diburu oleh Jathayu. Kesal Rahwana menyabetkan pedang Kamandungan ke sayap Jathayu, membuat sang Garuda jatuh terluka.

Dari Jathayu pula Rama Wijaya mengetahui bahwa Rahwana lah yang menculik Shinta. 
Bersama Lesmana Widagdo dan pasukannya Rama menuju Alengka.

Baca juga :
Prahara Kahyangan Dewa Amral


Di tengah perjalanan Rama bertemu dengan Narpati Sugriwa yang kalah tanding dari kakaknya sendiri Prabu Subali, raja kera Gua Kiskendha. Mereka bertarung memperebutkan dewi Tara permaisuri Subali. 

Sugriwa minta bantuan pada Rama untuk mengalahkan Subali, dengan imbalan apa saja asal sanggup memenuhi permintaan nya.

Rama melepaskan panah Guwawijaya yang tepat menancap ke jantung Subali. 
Sebenarnya Subali bisa hidup kembali saat tubuhnya ambruk ke bumi, karena dia memiliki ajian Rawarontek. 

Namun lagi - lagi Rahwana berulah, secara diam - diam dia juga menginginkan ajian pamungkas Subali. 
Yang sebelumnya Rahwana bersembunyi untuk memata - matai Rama dan bala tentaranya.

 Tiba- tiba keluar memapah badan Subali yang terhuyung hendak ambruk. Ini menyebabkan ajian Rawarontek merasuk ke tubuh Rahwana dan menjadi milik nya.
Subali pun akhirnya gugur dan Rahwana kabur setelah sukses mendapatkan Rawarontek.

Sugriwa bersedia mengerahkan seluruh pasukan kera Guakiskendha untuk membantu Rama sebagai balas budi.

Berangkatlah kedua rombongan Pancawati dan Guakiskendha ke Alengka. 
Namun tidak mudah mencapai Alengka, negeri para raksasa itu berada ditengah Samudra. 

Sesampainya ditepian pantai Rama Wijaya hendak melepaskan panah Guwawijaya, kesaktian panah tersebut juga mampu mengeringkan lautan agar mudah disebrangi para prajurit nya.

Mendadak muncul Hwang Baruna ( dewa kehidupan laut  ) yang melarang Rama.
Baruna menasehati, apabila panah tersebut dilepaskan ke laut maka seluruh kehidupan laut akan punah. Dan itu sangat egois hanya demi ambisi, kehidupan lain yang tak ada sangkut paut nya musnah.

Baruna menyarankan Rama membuat tambak / tanggul untuk menyeberang.
Rama pun setuju dan segera bersama pasukan nya membangun tambak.

Tambak pagi hingga sore dibangun, malam hari saat para prajurit istirahat jebol. Dan peristiwa itu selalu berulang kali.



Sugriwa menyuruh Kapi Mendha dan Kapi Wara anak buahnya yang memiliki kemampuan menyelam sangat lama untuk menyelidiki apa yang ada di dasar laut.

Ternyata Bajul Segara dan Yuyu Rumpung utusan Rahwana yang merusak tambak pada malam hari.
Perang terjadi antara kedua utusan tersebut, Bajul Segara dan Yuyu Rumpung berhasil dibunuh oleh Kapi Mendha dan Kapi Wara. Tambak pun bisa terselesaikan. 

Pasukan Pancawati menangkap mata - mata Alengka yang menyusup diantara mereka. Tertangkap setelah kedapatan mencuri perhiasan Rama. 

Oleh Rama Wijaya penyusup itu tidak dihukum, justru diberi hadiah banyak dan disuruh pulang ke Alengka. 

Para punggawa heran dengan perlakuan Rama terhadap penyusup Alengka. 
Rama menjelaskan bahwa Rahwana yang terkenal kaya raya itu pasti malu anak buahnya mencuri.


Kekayaan Rahwana tiada yang menandingi, tapi mengapa tega membiarkan anak buahnya kekurangan hingga mencuri.
Sementara aku raja biasa semua warga ku kecukupan, ungkap Rama.

Benar saja Rahwana mendengar cerita dari mata - mata yang di utusnya jadi marah dan malu. Hingga mengganggu pikiran nya disetiap hari,yang membuat tak bisa konsetrasi dalam pertempuran melawan Rama Wijaya.
Hingga tiba ajal nya terkena panah Guwawijaya milik Rama.




Comments