Mboyong Taman Sriwedari

    Memboyong ( mboyong = bahasa Jawa ) taman Sriwedari adalah bagian kisah dari lakon Sumantri ngenger . Ngenger sendiri bisa di artikan mengabdi.
Di kisahkan Bambang Sumantri ialah putra dari pemilik padepokan Argosekar atau Jatisarana yaitu begawan Suwandagni / Suwandageni. 
   
Resi Suwandagni terkenal sakti mandragu na,di masa lalu dia berjasa pada para dewa. Pernah menumpas perusuh yang mengacaukan kahyangan. 
Sehingga dewa menghadiahkan begawan Suwandagni seorang bidadari yaitu dewi Darini, putri Sanghyang Sambo / Sambu yang juga berarti cucu Bathara Sambuja.



Dari perkawinan nya dengan dewi Darini, mendapatkan 2 orang putra, yang lahir pertama sangat tampan di beri nama Bambang Sumantri.  Namun putra kedua nya berwajah buruk rupa, bermuka raksasa namun pendek / cebol dan di beri nama Sukrasana. 

Bambang Sumantri meminta ijin kepada ayahnya resi Suwandagni, untuk mengabdikan diri ke Maespati.  Tujuan nya tak lain ialah agar ilmu yang dia dapat dari padepokan Argosekar bisa diamalkan kepada banyak orang. 
Tentu niat suci itu mendapat restu dari sang resi.

Baca juga! Sumantri Ngenger

Berangkatlah Bambang Sumantri beserta adik nya Sukrasana, turut pula punakawan kyai Semar dan anak -anak nya.
Sampai negara Maespati, Sumantri mengutarakan maksud nya kepada sang raja Prabu Harjuna Sasrabahu. Di jadikan tukang kebun, atau pemberi makan kuda pun ikhlas asal bisa diterima apalagi jadi prajurit Maespati. 

Prabu Harjuna Sasrabahu punya keyakinan, resi Suwandagni yang terkenal kesaktian nya tentu mewarisi anak nya berbagai ilmu.  Maka Bambang Sumantri tentu bukan orang sembarangan,begitu pemikiran sang raja setelah mendengar riwayat Bambang Sumantri. 

Pada saat yang bersamaan di negara Magada sedang diadakan sayembara pilih. Prabu Harjuna Sasrabahu memberi syarat kepada Sumantri, jika mampu memenangkan sayembara pilih Magada, maka Sumantri diterima mengabdi di negara Maespati. 

Raja Magada prabu Citradarma dengan permaisuri dewi Citraresmi memiliki putri yang sangat cantik yaitu dewi Citrawati. 
Kabar kecantikan nya pun tersiar keseluruh jagad,tak heran setiap hari ada raja dari berbagai negeri datang ingin melamar sang putri.

Untuk memilih pemenang prabu Citradarma menyuruh putra nya raden Citragada, untuk mengumumkan kepada para pangeran dan raja yang menunggu di alun-alun Magada . Isi nya bahwa yang berhak memboyong dewi Citrawati ialah yang sanggup menyediakan 800 putri dhomas sebagai pengiring saat prosesi pernikahan nanti.

Namun prabu Darmawasesa yang juga salah satu peserta marah dan menantang para peserta lain untuk adu kesaktian. Dengan cara demikian para pesaing akan terseleksi ,apalagi peserta nya semakin banyak di perkirakan 1000 orang.

Sekaligus itu sebetulnya siasat dari prabu Darmawasesa yang yakin dengan kesaktian nya dia mampu mengalahkan para pesaing nya,sehingga niat nya memboyong putri impian nya terlaksana. 

Pangeran dan raja peserta memang akhir nya kalah oleh Darmawasesa, hingga akhir nya berhadapan dengan Bambang Sumantri. Pertempuran sengit melawan Sumantri ternyata Darmawasesa kalah, berkat senjata Cakra Baskara milik Sumantri.

 Semua raja dan pangeran tunduk pada Sumantri dan bersedia membantu menyediakan 800 putri dhomas,asalkan di bebaskan oleh Bambang Sumantri. 

Setelah syarat terpenuhi Sumantri berhak memboyong putri Dewi Citrawati ke negari Maespati.  Namun Sumantri tergoda oleh kecantikan sang dewi, hingga sesampainya di Maespati enggan menyerahkan Dewi Citrawati.  

Prabu Harjuna Sasrabahu pun marah besar pada Sumantri, perang tanding pun pecah.
Adu kesaktian tingkat tinggi, sang prabu kaget ketika melihat Sumantri mengeluarkan senjata Cakra Baskara, karena itu senjata milik nya dan menuduh Sumantri telah mencuri dari nya.


Dengan emosi yang memuncak prabu Harjuna Sasrabahu yang sejatinya titisan Wisnu, mengeluarkan aji Balasrewu. 

Mantra dirapal seketika sang prabu berubah wujud jadi raksasa berlengan seribu. Itulah arti nama Sasrabahu yang disandang = raksasa berbahu / lengan seribu. Cakra Baskara pun tak mempan pada tubuh nya,justru kini Sumantri jadi bulan - bulanan prabu Harjuna Sasrabahu. 

Kahyangan Suralaya tempat para dewa goncang oleh seru nya pertempuran Sumantri dan Harjuna Sasrabahu di bumi. Bathara Narada segera turun dan melerai perang.

Narada berkisah bahwa sebenarnya keduanya masih bersaudara, antara begawan Suwandagni dan ayah Harjuna Sasrabahu saudara dekat. Kyai Semar yang bijak juga menasehati, mengapa tujuan mulia mengabdi harus gugur oleh godaan wanita cantik. Seorang ksatria harus bisa memilih kemuliaan di banding nafsu duniawi. 

Setelah reda perselisihan, dewi Citrawati minta satu permintaan lagi pada prabu Harjuna Sasrabahu. Dia menginginkan taman Sriwedari yang ada di kahyangan di pindahkan ke alun- alun negara Maespati. 

Untuk kedua kalinya prabu Harjuna Sasrabahu memberi perintah Sumantri, jika niatnya tulus mengabdi pada dirinya dan Maespati harus bisa memboyong taman Sriwedari. 

Dengan doa dan perjuangan serta menuruti nasehat kyai Semar, dewa pun luluh dan merestui Sumantri memboyong taman Sriwedari ke alun - alun Maespati. 
Prabu Harjuna Sasrabahu beserta rakyat negara Maespati takjub oleh keindahan taman Sriwedari.


Berkat jasa nya Bambang Sumantri di angkat menjadi patih dalam yang bekerja di dalam pemerintahan/ penasehat raja, sedang patih luar sudah ada yang. tugas nya mengurusi gelar pasukan dan lawatan bila ada perang. 


Comments